Gambar [Ibrani, tselem] atau akal budi, akal sehat,
norma-norma, kebebasan moral, dan lain-lain. Rupa [Ibrani,
demut] atau sesuai asli, sama seperti aslinya. Kata bahasa Ibrani dalam Alkitab, tentang penciptaaan
manusia, digunakan istilah bara [menciptakan atau ciptakan sesuatu yang
khas dan tidak sama dengan siapa dan apa pun], bermakna hasil buatan yang
lengkap, utuh, serta sempurna sehingga tidak perlu dirubah atau dibentuk ulang.
Artinya, sesuai kesaksian Alkitab, jika TUHAN Allah menciptakan alam semesta
dan isinya hanya dengan berfirman, namun manusia melalui cara yang berbeda;
sebagai bara Elohiym [Ibrani] atau ciptaan Allah, manusia mempunyai
aspek yang berbeda dengan apapun dan siapapun.
Karena sebagai gambar dan rupa-Nya, maka
manusia harus diciptakan melalui suatu proses, pertimbangan, bahkan sedetail
mungkin. Oleh sebab itu, sebelum penciptaan manusia, ada dialog
antara para Ilahi yang berujung pada suatu keputusan tepat mengenai bentuk dan
hakekat manusia.
Kemudian, TUHAN Allah membentuk pra-manusia
dari debu tanah [jadi bukan keturunan kera atau hasil evolusinya]; setelah pra-manusia
terbentuk, Ia menghembuskan nafas hidup melalui lubang hidung pra-manusia
tersebut; karena nafas hidup dari TUHAN Allah maka pra-manusia menjadi
makhluk hidup yang disebut manusia.
Manusia adalah rupa dan gambar TUHAN
Allah atau Imago Dei. Sebagai Imago Dei, manusia, mempunyai
kekhasan, misalnya, berbeda dari makhluk-makhluk lain; manusia adalah satu-satu
makhluk hidup yang mempunyai hubungan dengan-Nya; manusia sebagai mitra kerja
TUHAN Allah untuk menatalayani dunia; manusia memiliki kebebasan dan tanggung
jawab penuh terhadap pengelolaan hidupnya kepada TUHAN Allah.
Kebebasan tersebut, selalu dikaitkan dengan kebebasan
yang bertanggungjawab terhadap Penciptanya, yaitu TUHAN Allah. Manusia
sebagai Imago Dei, menurut Martin Luther, bermakna ia memiliki tabiat
[harusnya selalu tetap dimiliki] taat kepada TUHAN Allah; sejak semula manusia
adalah makhluk yang berakal dan serupa dengan TUHAN Allah. Manusia memiliki
pengetahuan tentang TUHAN Allah, kebenaran, dan kekudusan.
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, gambar dan rupa
tersebut menjadi hilang; menurut Yohanes Calvin, gambar TUHAN
Allah merupakan hakekat manusia yang tidak dapat berubah [hakekat manusia yang tidak
dapat berubah ialah akal, kehendak, dan kepribadian], sedangkan rupa
adalah sifat sifat manusia yang dapat berubah.
Di samping sebagai Imago Dei, atau Citra Allah,
di Taman Eden, TUHAN Allah melengkapi manusia dengan berbagai hal, antara lain,
[Lihat Kejadian 2:8-25];
Kelengkapan hidup dan kehidupan serta mandat tersebut,
merupakan suatu hak mutlak yang TUHAN Allah berikan kepada manusia. Ia
juga menempatkan manusia dan semua makhluk hidup pada situasi dan lingkungan
yang tertata dengan baik; belum tersentuh dengan polusi apa pun.
Semuanya itu, sekali lagi membuktikan bahwa adanya
pemeliharaan TUHAN Allah kepada semua ciptaan, makhluk yang hidup maupun mati.
Dari antara semua ciptaan tersebut, manusia merupakan
ciptaan yang paling sempurna. Manusia seringkali disebut juga mahkota ciptaan,
karena mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan segala sesuatu yang
ada di alam semesta; dan tidak ada satu makhlukpun bisa dibandingkan dengan
manusia.
KEBUTUHAN MANUSIA
|
HAK ASASI MANUSIA
|
MANDAT YANG TUHAN ALLAH BERIKAN KEPADA MANUSIA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar